Alih-alih meyakinkan pasar, Presiden AS Joe Biden justru membuat mereka semakin ketakutan. Pernyataan bahwa semuanya terkendali dan para investor tidak perlu khawatir, tanpa pernyataan detail tidak berarti apa-apa. Namun ketika wartawan mencoba mengajukan pertanyaan lanjutan, presiden AS tersebut diam-diam meninggalkan ruangan. Memang ada banyak pertanyaan. Lagi pula, pada hari Minggu, Janet Yellen mengatakan tidak ada rencana untuk menyelamatkan bank-bank yang kesulitan dengan biaya publik. Menurut Menteri Keuangan AS, Federal Reserve akan menyediakan sistem perbankan dengan likuiditas yang diperlukan. Apalagi, diduga, bahkan nasabah dengan tabungan melebihi tanggungan oleh sistem asuransi tabungan. Bagaimana semua ini akan berhasil, dan dari mana uang itu berasal? Lagi pula, dalam hal ini kita bahkan tidak membahas miliaran, melainkan triliunan dolar. Ternyata Fed hanya perlu mencetak uang. Terlebih, jika tidak ditanggung oleh pemerintah, lalu bagaimana uang ini dapat masuk ke sistem perbankan? Apakah dengan hanya menyerahkan kepada lembaga keuangan yang membutuhkan? Namun, pada prinsip apa, dan bagaimana urutan pengembaliannya? Bagaimana dengan refinancing rate? Lagi pula, inflasi masih sangat tinggi. Dan dolar secara bertahap diabaikan. Tengok saja sanksi terhadap Rusia yang memaksa pemasok energi terbesar tersebut beralih ke mata uang lain. Hal ini menyebabkan penurunan pangsa dolar dalam perdagangan internasional, dan sebagai konsekuensinya, penurunan permintaan mata uang AS. Dalam situasi seperti itu, perilisan uang akan berdampak lebih nyata pada inflasi. Dengan kata lain, bahkan pada tingkat tesis, rencana yang diumumkan Yellen, jika diterapkan, pasti akan mengarah pada kenaikan inflasi, yang coba dibatasi oleh Fed.

Jadi, tidak mengherankan jika dolar terus melemah. Namun, tidak secepat hari Jumat. Para investor agak terhibur oleh fakta bahwa pemerintahan Biden mengakui masalahnya dan jelas berusaha mencari solusi. Mengingat disuarakannya kembali gagasan Yellen pada hari Minggu, laporan inflasi AS menjadi sangat penting. Lagi pula, inflasi dapat melambat dari 6,4% menjadi 6,1%. Jika harapan ini benar, Fed akan memiliki lebih banyak ruang untuk bermanuver dan bank sentral mungkin benar-benar dapat memberikan bantuan darurat ke sektor keuangan tanpa konsekuensi bencana. Namun bagaimanapun, kita membahas perlambatan kenaikan suku bunga dan penurunannya segera, serta pelonggaran kuantitatif berikutnya. Semua ini akan berdampak negatif pada dolar dan berkontribusi pada berlanjutnya pelemahan.

Inflasi (Amerika Serikat):

GBPUSD berada di atas 1.2150 untuk pertama kalinya sejak pertengahan Februari. Pergerakan ini menunjukkan ketertarikan kuat pada sentimen bullish, yang disertai dengan kenaikan volume posisi long.

Di chart empat jam, RSI bergerak di area overbought, yang menunjukkan bahwa posisi long overheating selama periode intraday. Di chart harian, RSI melintasi garis tengah 50 ke atas, yang menunjukkan pergeseran minat trading.

Di chart empat jam, MA Alligator mengarah ke atas, ini merupakan sinyal teknikal dari tren naik. Di chart harian, MA Alligator menunjukkan perubahan arah.

Prospek

Bertahannya harga di atas 1.2150 dalam jangka panjang dapat mengisyaratkan pulihnya nilai pound secara bertahap relatif terhadap penurunan di bulan Februari.

Terkait skenario alternatif, para trader akan menganggap ini akan berupa pullback karena status overbought lokal.

Analisis indikator yang kompleks mengungkapkan bahwa dalam periode intraday dan jangka pendek, indikator teknikal mengarah ke sentimen bullish karena breakout level resistance 1.2150.