Pasar minyak terlihat penuh dengan misteri. Perusahaan-perusahaan AS telah secara drastis mengurangi investasi dalam produksi, yang mengisyaratkan pasokan yang lebih rendah dan harga yang lebih tinggi. Namun harga justru turun! Sanksi Barat seharusnya memukul ekspor Rusia, dan data makroekonomi AS yang kuat untuk bulan Januari seharusnya merangsang permintaan. Sebaliknya, cadangan minyak di Amerika Serikat justru meningkat, dan Brent jatuh di bawah $79 per barel untuk pertama kalinya sejak awal tahun. Dolar AS gagal total karena kebangkrutan SVB, yang di atas kertas berarti harga minyak yang lebih tinggi, tetapi ini mematahkan semua ikatan! Apa yang terjadi? Apakah pasar menjadi gila?

Faktanya, minyak adalah indikator kesehatan ekonomi global. Dan kesehatannya jelas tidak baik. Untuk waktu yang lama, Brent telah diperdagangkan dalam konsolidasi karena investor memilih antara Timur, yang dipimpin oleh China, yang siap untuk pemulihan yang cepat, dan Barat yang memberikan sinyal yang mengkhawatirkan. Setelah deflasi mulai tercium di China, menjadi jelas bahwa "beruang" sedang menarik senar. Inflasi tidak bisa lemah dalam ekonomi yang kuat! Konsumen China terus berhati-hati setelah keluar dari lockdown, yang membuat harga minyak mentah Laut Utara kehilangan dukungan penting dan memaksa risiko pembalikan turun ke level terendah sejak Agustus.

Dinamika Risiko Pembalikan Arah Brent

Penjual jelas lebih banyak daripada pembeli di pasar opsi. Investor lebih mengkhawatirkan pertumbuhan permintaan yang lebih lambat daripada masalah pasokan, yang mengakibatkan puncak Brent. Memang, dengan Saudi Aramco yang memperkirakan bahwa konsumsi minyak akan mencapai rekor 102 juta bph pada tahun 2023, sinyal-sinyal yang mengkhawatirkan tentang resesi AS yang akan segera terjadi merusak posisi para optimis. Kebangkrutan pemberi pinjaman terbesar ke-16 di AS menunjukkan bahwa ada sesuatu yang rusak karena pembatasan moneter agresif The Fed. Lebih tepatnya, sistem perbankan. Dan semakin aktif regulator mencoba menyelamatkannya, semakin menakutkan pasar keuangan.

Volatilitas minyak tidak berkurang sama sekali oleh jaminan pengembalian deposito SVB, yang 90% di antaranya sebenarnya tidak diasuransikan. Biarlah pasar tenaga kerja AS terus terlihat monolitik, tetapi jika volume pinjaman bank turun tajam, perlambatan ekonomi tidak dapat dihindari. Kemungkinan besar, resesi, yang telah lama disinyalkan oleh kurva imbal hasil, akan segera terjadi, yang berdampak negatif pada permintaan minyak dan menekan harga minyak berjangka.

Dinamika volatilitas minyak

Minyak sepertinya tidak akan terbantu oleh spekulasi bahwa the Fed akan mempertahankan suku bunga federal fund di 4,75% di bulan Maret, meskipun beberapa hari yang lalu, para investor yakin akan kenaikan sebesar +50 bps. Dikombinasikan dengan penurunan imbal hasil Treasury, hal ini melemahkan dolar AS. Namun demikian, penangguhan siklus ini terjadi karena krisis, dan krisis dalam ekonomi selalu terjadi pada minyak.

Secara teknikal, ketidakmampuan bears Brent untuk memenangkan kembali pola tiga sentuhan adalah tanda kelemahan mereka. Jatuh di bawah level pivot $79,2 per barel atau rebound dari resistance di $81,75 dan $82,7 adalah alasan untuk menjual.